Assalamualaikum Wr. Wb. pada kesempatan kali ini ane akan memeberikan penjelasan mengenai gerhana matahari dan tatacara sholat gerhana matahari
pada tanggal 9 Maret kita bisa melihat gerhana matahari total gan,,pertama kali buat ane...tanggal 9 Maret juga bertepatan dengan hari raya Nyepi gan,jadi kebetulan bangetni buat ente-ente yang masih pelajar kaya ane buat liat gerhana matahari. oke langsung saja ke topik pembicaraan
Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.Gerhana Matahari Terjadi 176 tahun sekali melintasi wilayah yang sama,maksudnya jika pada tahun 1983 gerhana melintasi wilayah Bobotsari dan sekitarnya maka 176 tahun kedepan akan terjadi lagi.
Ada tata cara melihat gerhana matahari yang aman ni gan
- Menggunakan filter atau kacamata khusus untuk mellihat matahari gan
- Melihat dari pantulan sungai,sumur,dll
Banyak yang bilang kalau lihat gerhana matahari secara langsung melihat mataharinya berbahaya,hal ini dikarenakan saat matahari mulai tertutup dan akhirnya gelap secara perlahan pupil akan membuka lebar. Ketika matahari tertutup sempurna akan terjadi cahaya cepat kaya kilat atau sejenisnya(itu yang sangat membahayakan,karena pupil tidak bias mengimbangi kecepatan cahaya yang dihasilkan ketika matahari tertutup secara sempurna/total. Sebenarnya itu yang merusak kornea).
Jika kita umat muslim kita disunahkan melaksanakan sholat gerhana(sholat khusuf)
adapun tatacara sholat gerhana matahari
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1: 438)